Skip to content

Destinasi Wisata Puri Sidan

#TraditionalBalineseVillageTourism

Puri Sidan

Puri Sidan

Dahulu kala I Dewa Gede Pindi awalnya macek di Cagahan kemudian mengalih atau berpindah macek di puri Gaga pada tahun 1576 M menggantikan kedudukan I Dewa Prasi yang pada saat itu sebagai Raja Bangli. Kemudian salah satu dari putra I Dewa Gede Pindi IV yang bernama I Dewa Ketut Ngurah menggalih Desa Akuwu. Di suatu tempat dimana orang-orang memiliki mata pencaharian sebagai pengerajin batu bata, selanjutnya beliau membangun sebuah Puri dengan tujuan tinggal dan menetap. Tempat tersebut kemudian dinamakan Pagesangan dan sampai sekarang dikenal sebagai Desa Pagesangan. Tidak berselang lama, oleh karena keluarga selalu ditimpa musibah yang mengakibatkan sakit-sakitan dalam keluarga, maka beliau berpindah lagi ke utara yaitu di Banjar Bun yang saat ini menjadi Merajan Agung Puri Kelodan. Setelah sekian lama berpindah ke banjar Bun ini, masyarakat mulai merasakan kedamaian, kenyamanan dan kemakmuran, sehingga masa-masa ini sering disebut dengan masa keemasan dari I Dewa Ketut Ngurah. Maka sejak saat itu banjar tersebut diubah namanya menjadi Banjar Mas sampai sekarang. Selang beberapa waktu yang lama pemerintahan mengalami masa kejayaan atau keemasan, banyak pasang surut yang dirasakan oleh masyarakat. Akan tetapi di tengah-tengah kejayaan tersebut kerajaan atau puri mulai menunjukkan tanda-tanda ketidaksesuaian kedudukan oleh karena setrategi yang kurang cocok dengan suasana pemerintahan di tempat tersebut, sehingga atas perintah Kerajaan atau Puri pusat pemerintahan kakisidan atau dipindahkan lagi ke utara. Makin lama pemerintahan mengalami kemajuan yang cukup pesat karena berkedudukan di tempat yang sangat stategis yaitu di pusat desa, maka dari itu diberikanlah nama Desa Sidan sesuai dengan runtutan cerita dalam sejarah perjalanan terbentuknya Desa Sidan. Selain berpindah-pindah, diceritakan pula beliau selalu mengadakan Yoga Semadi ke daerah-daerah bukit yang dianggap suci. Salah satunya adalah di Bukit Camplung. Disinilah kemudian beliau mendapatkan suatu anugrah berupa sebuah senjata keris yang dinamai dengan Kidolog dan selanjutnya dipakai sebagai simbol atau lambang Desa Sidan. Anugerah kedua berupa seperangkat kulintangan. Pada masa perang dahulu kala kulintangan ini biasanya digunakan sebagai kentongan atau kulkul rahasia yang hanya bisa dikenali oleh masyarakat Desa Sidan saja. Lama-lama setelah tidak ada perang atau siat lagi kulintangan ini ditambahkan lagi dengan perangkat-perangkat lain hingga lengkap menjadi sebuah kesatuan melodi gambelan yang selanjutnya diberi nama dengan Angklung yang digunakan sebagai bahan pratima atau pusaka bagi Kerajaan Taman Bali Pralaya dan Gaga tahun 1809 M dalam Perang Taman Bali Bangli.

Galeri Wisata Puri Sidan